GenZ Space
– Nuzulul Quran adalah sebuah peristiwa penting dalam sejarah yang dirayakan oleh umat Muslim di bulan Ramadan.
Nuzulul Quran merupakan momen di mana kitab suci Al-Quran disampaikan secara resmi kepada Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan.
Di waktu perayaan turunnya Al-Quran, umat Muslim disarankan untuk mengucapkan berbagai doa.
Pada saat ini pun sangatlah penting bagi kaum Muslim untuk memikirkan makna serta prinsip-prinsip yang tersimpan di dalam Al-Quran.
Berdasarkan laporan TribunJabar, terdapat beberapa keistimewaan pada malam Nuzulul Qur’an:
1. Melebihi seribu bulan
Ini mengikuti perkataan Allah SWT,
“Malam yang mulia jauh lebih baik daripada ribuan bulan.” (QS.Al-Qadr:3)
Lebih baik berarti bahwa amal dan ibadah yang kita kerjakan dalam satu malam pada saat turunnya Al-Quran jauh lebih utama daripada amal yang dikerjakan sepanjang seribu bulan.
2. Penghapuskan dosa-dosa oleh Allah SWT
Seseorang yang merayakan malam turunnya Al-Quran akan diberikan ampunan dosa oleh Allah SWT.
Mereka digambarkan seperti bayi yang baru dilahirkan ke dunia ini, sebab segala dosa-dosanya terdahulu akan diampuninya.
Ini cocok dengan hadits Rasul seperti yang berikut.
Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh iman dan pengharapan akan mendapat ampun atas segala dosa-dosanya, begitu juga siapa yang menunaikan ibadah qiyamullail pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan pengharapan pasti dosa-dosa sebelumnya akan dimaafkan.
Siapa saja yang melakukan salat pada malam Lailatul Qadr dengan niat berdasarkan keimanan serta bertujuan mendapatkan ganjaran dari Allah, maka semua dosa-dosa sebelumnya akan dilupakan. (Riwayat Bukhari)
3. Malam penuh keberkahan
Malam Nuzulul Quran pun dikenal sebagai salah satu malam yang dipenuhi berkah.
Ini mengikuti perkataan Allah SWT.
“Sejati Kami mengirimkannya di salah satu malam yang penuh berkat.” (QS. Al-Dukhan:3)
Disebutkan sebagai malam yang dipenuhi berkat karena Al-Quran disampaikan kepada Bumi pada suatu malam dalam Bulan Ramadhan, menjadikannya sebuah malam yang kaya akan keberkahan.
4. Jumlah besar malaikat yang datang ke Dunia
Berkat malam Nuzulul Qur’an pun diperkuat oleh berbagai malaikat yang datang ke dunia, salah satunya adalah malaikat Jibril.
Seperti yang diuraikan dalam Surah Al-Qadar.
“Malam itu dipenuhi dengan kesejahteraan hingga pagi tiba” (QS.Al-Qadar[97]:5)
Sa’id bin Mansur menyebutkan, bahwa ia pernah mendengar dari Hisyam, yang melalui Abu Ishaq dan dikisahkan oleh Asy-Sya’bI tentang arti perkataan-Nya:
“Pada malam tersebut, malaikat-malaikat datang beserta Malaikat Jibril berdasarkan kehendak Tuhan-Nya guna menyelesaikan semua perkara” (QS.Al-Qadr [97]:4).
Artinya adalah salam dari para malaikat untuk orang-orang yang berada di dalam masjid pada malam Lailatul Qadar hingga subuh tiba.
5. Malam ketika catatan tahunan untuk keputusan ditulis
“Di malam tersebut disampaikan semua perkara yang berisi kebijaksanaan.” (QS. Al-Dukhan:4).
Hal-hal yang dimaksud di sini mencakup rejeki, kehidupan, kematian, keberuntungan, dan seterusnya.
Apabila pada malam Nuzulul Qur’an kita dapat menyambutnya dengan beribadah sepanjang malam, niscaya akan memperoleh ganjaran serta nasib terbaik.
6. Jatuhnya Beberapa Naskah Suci
Salah satu keistimewaan turunnya Al-Quran adalah bahwa dalam Bulan Ramadhan juga diterangkan kitab suci yang lain selain Al-Quran.
Sebagaimana dikutip dari rumaysho.com, Ibnu Katsir rahimahullah menyampaikan,
Bulan Ramadhan merupakan bulan terpilih di mana Al-Qur’an yang suci itu diturunkan.
Kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi pun diberikan oleh Allah SWT selama Bulan Ramadhan.(Tafsir Al-Qurán Al-Ázhim, 2:57)
Diriwayatkan melalui Watsilah bin Al-Asqa’, Rasulullah SAW pernah mengatakan,
Syahih Ibrahim diwahyukan pada awal Ramadhan. Kitab Taurat disampaikan pada hari-hari pertama Ramadhan. Ajaran Injil jatuh pada tanggal 13 bulan tersebut.
“Sementara Al-Quran disampaikan oleh Allah SWT pada tanggal 24 Ramadhan.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya yang ke-4 halaman 107 dan dinyatakan sahih oleh Imam As-Suyuthi. Shaikh Al-Albani mengabadikannya dalam kumpulan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah dengan nomor 1575).
Namun diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah bahwa Zabur diturunkan pada tanggal 12 Ramadhan, dan Injil diturunkan pada tanggal 18 Ramadhan, sementara informasi lainnya tetap sesuai dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya. (HR. Abu Ya’la, hadits ini sangat lemah keabsahannya).
Syu’ub (halaman) Ibrahim, Taurat, Zabur, serta Injil diwahyukan kepada para nabi mereka secara bersamaan (dalam satu kesempatan).
Meskipun Al-Quran disampaikan sepenuhnya di Baitul Izzah yang berada di surga dunia, peristiwa tersebut terjadi pada malam Lailatul Qadar dalam bulan Ramadhan, seperti yang diterangkan dalam Surat Al Qadr.
Kemuliaan Nuzulul Quran
Bulan Ramadan dirayakan sebagai bulan di mana Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang dikenal dengan istilah Nuzulul Qur’an.
Penurunan wahyu ilahi kepada Bani Adam bertujuan untuk meningkatkan budi pekerti manusia, terutama bagi para Muslim.
Kebijaksanaan turunnya Al-Quran dapat senantiasa hadir dalam diri setiap Muslim melalui penerapan sifat mulia, tak peduli di mana atau kapan mereka berada.
“Apabila pemberitahuan tentang turunnya Al-Quran hanya dilakukan kembali sebagai ritual formal yang tak memiliki dampak pada hidup kami sebagai umat Muslim, entah di tingkat individu atau kelompok, pastinya hal tersebut bertentangan dengan tujuan dan makna sebenarnya dari hari Turunnya Al-Quran,” ungkap Guru Besar UIN Alauddin, Prof. Dr. H. Muammar Bakry.
Menurut dia, kebijaksanaan dari Nuzulul Quran tak mengenal batasan waktu dan lokasi lagi; justru maknanya diwujudkan secara optimal dalam praktik ibadah.
Bakry menyatakan bahwa keahlian dalam praktik keagaaman dapat memperkuat keteladanan seseorang pada tingkah laku sosial mereka.
“Melaksanakan ritual keagamaan dengan tepat dan mengerti makna sebenarnya dari ibadah tersebut tentu memiliki dampak sosial. Oleh karena itu, tak mungkin seseorang bisa melakukan ibadah dengan baik lalu bersikap serakah; hal ini menunjukkan bahwa ibadah tersebut tidak memberikan manfaat atau efek positif,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menyebutkan bahwasanya setiap bentuk ibadah, seperti haji, salat, Zakat, serta hal-hal lainnya, sebaiknya dievaluasi berdasarkan dampak sosial yang dapat dicapai.
“Yang dimaksud adalah, seperti halnya puasa atau salat tarawih, kita perlu melihat dampak positif dari praktik tersebut setelah Ramadhan: apakah tingkah laku seseorang dalam masyarakat menjadi lebih baik atau malah menjengkelkan bagi orang lain? Ini harus dievaluasi setelah akhir bulan Ramadhan,” tegasnya.
Toleransi dan Kerukunan Antargolongan
Waktu Ramadan bersamaan dengan perayaan Nyepi dapat menghadirkan pelajaran bernilai tinggi untuk seluruh komunitas agamawan.
Menurut dia, kedekatan antara Idul Fitri dan hari raya Nyepi harusnya dapat memungkinkan umat Muslim dan Hindu untuk sama-sama menunjukkan penghargaan saat perayaan mereka.
“Umumnya umat Muslim akan semakin menonjol aktivitas mereka, khususnya menjelang Idul Fitri. Sebaliknya, Hariraya Nyepi diupayakan dapat mengirimkan pesan agar orang-orang membatasi partisipasinya dalam acara-acara berkesenian ramai,” katanya.
Harapan besar terletak pada peringatan hari raya seperti Idul Fitri dan juga Hari Raya Nyepi agar mampu membangkitkan sisi rohani orang yang beragama demi memberikan dampak sosial yang lebih baik.
(TribunJakarta)
Akses GenZ Spacedi
Google News
atau WhatsApp Channel
https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f
.
Pastikan Tribunners telah menginstal aplikasi WhatsApp ya