GenZ Space.CO.ID, WASHINGTON – Intelijen AS merilis pernyataan resmi dalam laporannya hari Selasa (25/3/2025), mengungkapkan bahwa Iran hingga kini belum melakukan produksi senjata nuklir. Kendati demikian, IAEA melaporkan sebelumnya bahwa Tehran telah meningkatkan derajat pemurnian uranium dengan kecepatan tinggi.
” Kami secara berkelanjutan menilai bahwa Iran belum sedang dalam proses pembuatan senjata nuklir,” sebagaimana dilaporkan oleh masyarakat intelijen Amerika Serikat.
Laporan sepanjang 21 halaman tentang intelijen Amerika Serikat yang telah dipublikasikan mencakup perspektif terpadu dari 18 lembaga penegakan hukum dalam negeri dan badan intelijen luar negeri, seperti CIA, Departemen Pertahanan atau Pentagon, serta NSA yang bertanggung jawab atas pemantauan jaringan komunikasi. Laporan ini juga melibatkan NRO yang berurusan dengan operasi satelit mata-mata milik Amerika Serikat.
Rilisan laporan oleh komunitas intelijen Amerika Serikat terjadi pada waktu yang sama ketika pihak Iran memperlihatkan infrastuktur militernya di bawah tanah, yang diperkirakan beberapa ahli telah disiapkan sebagai tempat perlindungan bagi fasilitas-fasilitas nuklir mereka dari ancaman serangan udara. Video klip yang dipublikasi media massa Iran menunjukkan bahwa Mayor Jendral Angkatan Darat Iran, Mohammad Hossein Bagheri, sedang berkeliling lokasi suburna tersebut dengan para pemimpin senior angkatan lautnya. Tempat ini bahkan memiliki nama yaitu ‘Kota Misil’.

Belum lama ini IAEA mengingatkan dunia bahwa, Iran makin dekat dengan produksi bom nuklir pertamanya. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam wawancara dengan media Argentina,
Infobae
pada Sabtu (15/3/2025).
“Iran menunjukkan ambisi besar dengan memiliki program nuklir luas melalui pemurnian uranium yang hampir mencapai kadar cukup untuk membuat senjata nuklir,” demikian pernyataan dari Grossi dikutip.
Iran International
.
Meskipun begitu, menurut Grossi, kondisi nuklir Iran sekarang cukup stabil walaupun dia masih memberikan peringatan bahwa “penambahan kandungan uranium sudah mendekati batasan, yang berarti memiliki potensi untuk menciptakan senjata nuklir.”
Grossi menambahkan bahwa Iran sedang mengalami peningkatan produksi uranium hingga tingkat 60 persen. Menurut prediksinya, Iran berpotensi meningkatkan kadar pengayaan uranium sampai ke taraf pembuat bom nuklir yaitu 90 persen dan dapat memproduksi sebanyak enam bom nuklir dengan cepat.
Berdasarkan laporanku terbaru, stok uranium U-235 di Iran telah meningkat sebesar 60% atau tambahan 275 kilogram, dengan kenaikan 182 kilogram selama tiga bulan terakhir. Iran adalah satu-satunya negara tanpa senjata nuklir yang mengolah uranium sampai tingkat seperti itu dan hal tersebut menyebabkan kekhawatiran serius bagiku,” ungkap Grossi dalam suatu pernyataan yang dilaporkan.
Anadolu
.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan tegas bahwa Iran tidak berencana untuk melakukan negosiasi dengan pihak administrasi Donald Trump.
Anadolu
, dia menjelaskan, “Kerjakan apa saja yang kamu inginkan.”
“Pertama kalinya jika Anda mengancam kami, saya tidak akan berunding, lakukan sesuai keinginanmu,” ujar Pezeshkian sebagai balasan ancaman dari Trump.
Pada 7 Maret, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dirinya telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dengan tawaran untuk memulai perundingan mengenai perjanjian nuklir. Trump menambahkan bahwa dirinya lebih memilih mencapai kesepakatan dengan Teheran daripada menggunakan kekuatan militer.
Iran telah menyetujui kesepakatan nuklir bersama China, Prancis, Rusia, Britania Raya, Amerika Serikat, dan Jerman di tahun 2015. Kesepakatan ini meminta Iran untuk mengurangi aktivitasnya dalam bidang nuklir demi mendapatkan penghapusan sanksi ekonomi. Sayangnya, Amerika Serikat meninggalkan perjanjian itu pada tahun 2018 selama periode pemerintahan Presiden Donald Trump pertamanya dan kemudian mulai melanjutkan denda kepada Tehran, sehingga meruntuhkan integritas keseluruhan perjanjian tersebut.
Menjawab surat dari Trump, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyampaikan, “Beliau (Trump) sudah mengirim pesan tersebut, dan pesan ini akan ditanggapi serta diserahkan melalui jalur yang tepat… Tanggapannya akan kami berikan dalam waktu dekat.”