GenZ Space
– Mungkin nama Pulau Krasian belum terlalu dikenal oleh kalangan wisatawan.
Kehadiran Pulau Krasian begitu jarang ditemukan di platform-media sosial.
Tetapi siapa yang menyangka, menjelajahi Pulau Krasian dapat memberikan pengalaman yang memukau.
Kepulauan Krasian terletak di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Tempat Ngabuburit Unggulan, Lihat Harga Karcis Masuk Kiara Artha Park Bandung Paling Baru Maret 2025
Sampai saat ini, Pulau Samber Gelap merupakan pulau yang paling terkenal di wilayah itu.
Meskipun demikian, Pulau Krasian masih terdengar asing di telinga penduduk Kalimantan.
Kelompok penduduk lokal yang tinggal di sekitarnya adalah satu-satunya kelompok yang mengetahui keberadaan Pulau Krasian.
Sudah seharusnya Pulau Krasian belum banyak dikenal publik secara luas.
Sehingga begitu asing, pulau ini tidak muncul dalam database global seperti yang ada di Wikipedia.
Cerita Menarik Pedagang Rujak di Siak: Batu Ajaib untuk Menghaluskan yang Membuat Dagangan Makin Laku
Bila dilihat melalui peta Google, pulau tersebut cukup kecil dan hampir tidak terlihat kecuali jika dimagnifikasi.
Tampilannya hanyalah sebuah bintik kecil berwarna hijau pucat, seolah-olah seperti gumpalan awan kecil yang kabur dan tipis.
Bayu Aditya Rachman, yang mengunjungi pulau tersebut pada tahun 2014, berbagi ceritanya dengan Banjarmasin Post.
Menurut kabar, pulau ini menyimpan pesonanya melalui kecantikan alamnya yang memukau.
Dimulai dari pesisirnya, air lautanya, keakraban penduduk setempat, bahasa yang mereka gunakan sehari-hari sampai masakan tradisionalnya.
“Segalanya terlihat mengundang. Lebih-lebih lagi, saya pergi ke sana dengan bermodalkan tas ransel. Saya menginap di rumah kepala desa setempat. Rumah-rumah warga dibuat dari kayu dan gaya hidup penduduknya cukup sederhana,” ungkap pegawai salah satu bank milik negara yang bertugas di Banjarmasin tersebut.
Kondisi finansial mereka berada di tingkat kelompok menengah hingga rendahan.
Berkelana di Museum Geologi Bandung: Menjalin Ilmu Sambil Berlibur Asik, Lihat Dulu Tarif Pintunya
Sebagai penduduk pulau, profesi utama mereka kebanyakan berfokus pada sektor perikanan.
Wajar saja bila nantinya masakan khasnya banyak menggunakan bahan dasar ikan.
Berbagai jenis masakannya, menurut dia, sungguh istimewa dan sangat bertolak belakang dengan hidangan konvensional di wilayah-wilayah lain di Kalimantan Selatan.
Mereka bersuku Mandar.
“Betul-betul berbeda dengan masakan biasanya, ini pertama kalinya saya melihat jenis-jenis hidangan seperti itu. Nama-namanya tidak saya ketahui. Hanya satu menu saja yang bisa kita temukan di mana pun di Indonesia yaitu telur dadar. Selain itu semuanya sangatlah unik, merupakan masakan tradisional suku Mandar dari Pulau Krasian,” jelasnya.
Dia dan kawank-kawananya tinggal di tempat itu selama tiga hari.
Dia sungguh menyatu dengan ritme hidup masyarakat sekitar bagaimana ia dirasakannya.
Penduduk di sana, hampir tidak ada yang memahami Bahasa Indonesia, dengan pengecualian bagi ketua desanya saja.
“Boleh dibilang tidak ada yang menguasai Bahasa Indonesia. Biasanya mereka berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Mandar sehari-hari. Saya punya percakapan dengan mereka melalui bahasa isyarat,” jelasnya.
Pulau tersebut jauh dari keramaian. Meskipun demikian, di situ telah berdiri sebuah sekolah dan juga masjid.
Sudah ada pasokan listrik di tempat tersebut meskipun penggunaannya terbatas mulai pukul 18.00 WITA sampai dengan 24.00 WITA.
Di sana, penggunaan peralatan elektronik belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
“Saya rasa hanya kepala desa saja yang memiliki televisi di sana,” jelasnya.
Setiap rumah punya sumur sendiri untuk menyimpan cadangan air.
Suhu di situ sejuk dengan berhembusnya angin yang kencang.
Kebun Raya Balangan, Destinasi Pendidikan di Paringin, Balangan, Kalsel dengan Beragam Tumbuhan Unik dan Jarang Ditemui
Apabila bermandi di tempat itu, air yang baru meneteskan tubuh segera dibawa pergi oleh hembusan angin.
“Maka tubuh terasa sangat kering dengan cepat. Meskipun tadi sudah membasahi diri. Iklimnya berbeda disana, berventilasi tinggi dan dipenuhi pohon kelapa,” ujarnya.
Pemandangannya indah dan masih jarang dikunjungi wisatawan mancanegara di pulau ini.
Kepulauannya dihiasi dengan pantai-pantainya, hutan-hutan kelapa, serta bukit-bukit yang menyebar.
Pemandangan di tepi pantai ini tidak sama dengan kebanyakan pantai lain yang biasanya dipenuhi oleh luas pasir berwarna putih.
Di tempat ini, tepi pantainya dihiasi dengan batu yang cukup besar.
Menariknya sekali lagi, pantainya baru terlihat setiap hari mulai pukul 09.00 WITA sampai dengan pukul 11.00 WITA.
“Saat itu terendam oleh air pasang,” katanya.
Kepulauan Krasian berbatasan dengan daerah di mana penduduknya hidup dalam kemakmuran.
Namanya Pulau Kerayaan.
Perjalanan dengan menggunakan perahu membutuhkan waktu kira-kira 1,5 jam.
Ia pernah kesana juga.
Rumah-rumah warganya lebih bagus.
“Bila di Krasian tempat tinggal penduduk terbuat dari kayu dan kondisi finansial masyarakatnya cenderung rendah hingga sedang, maka di Kerayaan rumah warganya dibuat menggunakan bahan semen. Dalam hal perekonomian, orang-orang di sana lebih mapan daripada warga Krasian. Beberapa profesi mereka melibatkan penjualan minyak serta perdagangan,” jelasnya.
Mencapai pulau ini tidak lah hal yang sederhana.
Apalagi jika backpackeran.
Karena letaknya yang tersembunyi di luar pusat kota, dengan topografi bergunung, batu-batu raksasa, serta ombak yang ganas, tempat ini mengharuskan pengunjung memiliki semangat petualangan dan keadaan tubuh yang fit.
Waktu itu dia memulai petualangannya dari Banjarmasin dengan mengendarai sepeda motor bersama beberapa kawannya.
Dari Banjarmasin ia bergerak ke arah Batulicin yang terletak di Kabupaten Tanahbumbu.
Dari sana, lanjutkan perjalanan menuju arah Lontar.
Saat tinggal di Lontar, perjalanannya tidak selalu mulus.
Pernah suatu kali dia mengalami bocor ban dan terpaksa berjalan kaki sambil mencari penambal ban selama beberapa jam.
“Saat itu pernah berjumpa dengan laki-laki yang memegang parang. Dia kelihatannya cukup gagah. Saat itu sempat merasa khawatir. Kamil mengira orang tersebut adalah pencuri karena mendengar kabar bahwa ada pencuri di daerah itu. Namun ternyata tidak demikian, ia hanyalah penduduk setempat yang sedang menggunakan parang tanpa alasan spesifik dan singgah untuk mengecek keadaan kita. Kemudian, dia memberi tahu lokasi tempat servis mobil terdekat,” jelasnya.
Saat tinggal di Lontar, mereka menitipkan sepeda motor di rumah penduduk setempat.
Pembayarannya terserah dan termasuk kategori yang aman.
Sebagai seorang Backpacker, biaya petualangannya menjadi lebih terjangkau, yakni mencapai total Rp 500.000 saja.
Bahan makanan dan minum di bawa secara pribadi.
Pulau Ratu Sebagai Pilihan Liburan di Banjar, Kalimantan Selatan, Ketahui Keunikan Nya
Saat perjalanan, kita beberapa kali berhenti untuk membeli mie instant dan menyantapnya di lokasi tersebut.
“Situasi di sana tidak memiliki warung. Mereka memasak minyak di dapur penduduk setempat dan makan pun dilakukan di dalam hunian mereka sendiri, meskipun mereka menjual mie instant tetapi bukan seperti halnya dengan sebuah warung,” ungkapnya.
Dari Lontar itu, petualangan berlanjut di lautan dengan menggunakan kelotok menuju Pulau Krasian.
Tarifnya suka rela saja.
Perjalanannya sekitar satu jam.
Saat berada di lautan, petualangan menjadi lebih sulit karena ia dan kawannya harus bertarung melawan kekuatan gelombang yang dahsyat.
Ketingian ombaknya sangat besar, setinggi tubuh ramping miliknya.
Dalam durasi satu jam tersebut, ia perlu menikmati getaran kapal terseret-leret oleh ombak.
“Maka, ketika kelotok turun sesudah mencapai puncak ombak, ombak selanjutnya telah siaga di hadapan. Saya hampir terkejut karena ukurannya sangat besar dan tingginya setara dengan tubuh saya,” jelasnya.
Sebuah kisah bahkan mengatakan bahwa ada penumpang meskipun mahir berenang pun tetap meninggal karena terpaan ombak dahsyat di tempat tersebut, apalagi bagi mereka yang tidak bisa berenang sama sekali.
Meskipun ia tidak dapat berenang, tetapi keberuntungan memilikinya sehingga berhasil sampai di Pulau Krasian dengan aman.
“Saat seorang temanku mendengar cerita tersebut tentang ombaknya, ia menjadi sangat ketakutan dan membatalkan niat untuk bergabung. Ia pun menantikan kembalinya kami di Batulicin. Oleh karena itu, hanya diriku dan empat orang teman lainnya saat itu yang berani terus menuju Krasian,” ujarnya.
Meskipun ketika dia pergi kesana, angin musiman tersebut termasuk dalam kategori yang aman bagi lautan.
Pada bulan November 2014 yang kering dengan cuaca cerah, tetapi gelombang laut telah mencapai ukuran yang besar seperti itu.
Sampai di Pulau Krasian, ia dan rekank-rekannya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki lebih jauh selama beberapa jam sampai akhirnya mereka mencapai rumah ketua desa tersebut guna bermalam.
Kondisi medan juga sangat menguji kekuatan fisik karena perlu melewati jalanan berbatu dan pegunungan.
“Seluruh perjalanan memakan waktu total 17 jam dari Banjarmasin. Namun saat ini hanya butuh 10 jam karena kondisi jalan telah meningkat. Pada masa saya melakukan perjalanan itu, tepatnya pada November 2014, kondisi jalannya masih buruk sehingga membuat durasi perjalanan menjadi lebih panjang,” katanya.
(Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)(GenZ Space/mym)
Artikel ini sudah dipublikasikan di Tribunnews.com dengan berjudul
Keseruan Jelajah Pulau Krasian di Ujung Kalimantan Selatan: Dari Terpaan Gelombang Hingga Punctured Tire